dakwatuna.com – Menjadi penghafal Alquran 30 juz
(hafidz) adalah hal yang tidak mungkin dapat dicapai. Orang yang
biasa-biasa saja akan berpendapat seperti itu. Tapi, tidak bagi orang
luar biasa. Orang yang luar biasa memiliki paradigma bahwa menjadi
hafidz adalah sebuah kemungkinan. Mengapa saya katakan hanya bagi orang
yang luar biasa? Karena, itu tandanya ia telah yakin terhadap pesan
cinta dari Rabb-Nya yang berbunyi :
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk diingat…” (QS. Al-Qalam : 17)
Ayat 17 dalam Surat Al-Qalam tersebut merupakan sebuah paradigma yang ingin Allah tanamkan kepada hamba-hamba-Nya. Paradigma bahwa setiap hamba-Nya pasti mampu menjadi hafidz Quran secara keseluruhan. Bahkan, paradigma ini Allah tegaskan berkali-kali di ayat selanjutnya, yaitu di ayat 22, 32, dan 40 pada surat yang sama. Hanya saja, terdapat beberapa penghalang atau kesalahan ketika seseorang berazzam ingin menjadi hafidz Quran. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Namun berbeda halnya jika seseorang mengikuti daurah tersebut agar hafalannya cepat bertambah. Ia ingin segera mencapai target 30 juz. Maka, akibatnya adalah ia akan “kewalahan” karena dikejar target karena belum terbiasa menghafal. Bukannya hafalannya bertambah, yang ada orang tersebut kebingungan bagaimana untuk mengulang hafalan (muraja’ah) setelah daurah berakhir.
Padahal, menghafal bukanlah soal berapa banyak ayat yang mampu kita ucapkan. Jika memang niat menghafal adalah untuk hafidz, setelah ia berhasil mengkhatamkan 30 juz, maka Allah akan melupakan hafalan dari ingatannya. Karena pada dasarnya, menghafal adalah upaya seseorang agar selalu dekat dan mampu berinteraksi penuh dengan Alquran.
Niatkan pada diri Anda bahwa Anda menghafal agar Anda menjadi selalu dekat dengan Alquran, menjadi sahabatnya. Bukankah hanya Alquran yang mampu menemani Anda saat sepi di kuburan kelak? Bukankah hanya Alquran yang mampu mengajak Anda menaiki tangga langit yang paling atas kelak? Bukankah hanya Alquran yang mampu membuka tirai wajah-nya Allah hanya untuk Anda? Iya, hanya seorang sahabat yang mampu melakukannya. Dialah Alquran.
Jangan pernah katakan bahwa Anda sibuk sehingga belum bisa menghafal atau belum bisa bergabung dalam Lembaga Tahfizh Quran (LTQ). Perlu diketahui, tidak ada kesibukan yang akan berakhir tanpa adanya campur tangan dari Allah. Bukankah Khalifah Umar bin Khaththab malah menambah tilawahnya setelah dilantik menjadi khalifah? Lantas, siapa kita sehingga tidak mampu mengkhususkan waktu untuk Alquran. Semoga kita, khususnya para aktivis dakwah, tidak ada yang belum mulai menghafalkan Alquran.
“Otak saya agak lemah, sangat lama untuk mengingat ayatnya!”
Jangan pernah menuruti kendala-kendala di atas ataupun kendala yang lain. Bersahabatlah dengan kendala karena Anda terbiasa melawannya. Jika mengantuk, jangan menghentikan menghafal dan jangan segera tidur! Lakukanlah hal lain sejenak atau sekedar mengambil air wudhu. Jika memang mengantuk berkelanjutan, Ustadz Deden menyarankan agar Anda tetap menghafal hingga prime time untuk Alquran sudah habis. Tidak masalah jika hafalan kurang bagus karena mengantuk karena itu bisa dimurajaah lagi. Berbeda jika keadaannya Anda memilih tidur. Justru, Anda akan selalu memilih tidur ketika mengantuk saat menghafal di lain hari.
Anda jangan iri dengan mereka yang memiliki kemampuan menghafal dengan cepat. Karena ketahuilah, bahwa kemampuan cepat menghafal adalah ujian dari Allah. Ujian untuk menguji apakah hamba-Nya tersebut bersyukur atau justru kufur nikmat. Tetapi, jika Anda termasuk orang yang agak lamban dalam menghafal, bersyukurlah sebanyak-banyaknya karena itu tandanya Allah ingin Anda selalu dekat dengan Alquran! Masya Allah, itulah karunia yang paling besar.
Perhatikanlah moment muraja’ah Anda dengan baik. Ingatlah.. Seseorang dikatakan hafidz bukan sekarang, tapi nanti, yaitu ketika ia meninggal dunia sedangkan hafalannya masih terpelihara. Jadilah husnul khatimah dengan Alquran!
“Saat perang Uhud, banyak para shahabat yang syahid dan Allah memasukkan mereka ke golongan Alhul Quran (keluarganya Alquran)? Kenapa Allah menasukkan mereka ke golongan tersebut sedangkan saat itu ayat dan surat dalam Alquran belum sempurna diturunkan? Jawabannya adalah, seandainya mereka masih hidup, maka mereka akan terus menghafal Alquran, mereka akan terus berusaha agar selalu dekat dengannya. Ingatlah.. Menghafal bukan untuk hafal, tapi hanya sekadar untuk dekat dengan Alquran”
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk diingat…” (QS. Al-Qalam : 17)
Ayat 17 dalam Surat Al-Qalam tersebut merupakan sebuah paradigma yang ingin Allah tanamkan kepada hamba-hamba-Nya. Paradigma bahwa setiap hamba-Nya pasti mampu menjadi hafidz Quran secara keseluruhan. Bahkan, paradigma ini Allah tegaskan berkali-kali di ayat selanjutnya, yaitu di ayat 22, 32, dan 40 pada surat yang sama. Hanya saja, terdapat beberapa penghalang atau kesalahan ketika seseorang berazzam ingin menjadi hafidz Quran. Di antaranya adalah sebagai berikut:
- Ingin Hafidz 30 juz Secepat Mungkin
Namun berbeda halnya jika seseorang mengikuti daurah tersebut agar hafalannya cepat bertambah. Ia ingin segera mencapai target 30 juz. Maka, akibatnya adalah ia akan “kewalahan” karena dikejar target karena belum terbiasa menghafal. Bukannya hafalannya bertambah, yang ada orang tersebut kebingungan bagaimana untuk mengulang hafalan (muraja’ah) setelah daurah berakhir.
Padahal, menghafal bukanlah soal berapa banyak ayat yang mampu kita ucapkan. Jika memang niat menghafal adalah untuk hafidz, setelah ia berhasil mengkhatamkan 30 juz, maka Allah akan melupakan hafalan dari ingatannya. Karena pada dasarnya, menghafal adalah upaya seseorang agar selalu dekat dan mampu berinteraksi penuh dengan Alquran.
Niatkan pada diri Anda bahwa Anda menghafal agar Anda menjadi selalu dekat dengan Alquran, menjadi sahabatnya. Bukankah hanya Alquran yang mampu menemani Anda saat sepi di kuburan kelak? Bukankah hanya Alquran yang mampu mengajak Anda menaiki tangga langit yang paling atas kelak? Bukankah hanya Alquran yang mampu membuka tirai wajah-nya Allah hanya untuk Anda? Iya, hanya seorang sahabat yang mampu melakukannya. Dialah Alquran.
- Ingin Hafal Tapi Belum Memiliki Waktu Khusus untuk Alquran (Prime Time)
Menghafal adalah upaya seseorang agar selalu dekat dan mampu berinteraksi penuh dengan Alquran. Anda harus mengkhususkan waktu untuk menghafal. Jangan “sisa waktu” yang Anda berikan untuk Alquran, tapi sediakanlah waktu khusus untuknya. Semakin lama Anda menyediakan waktu untuknya, maka semakin besar Alquran mencintai Anda.
Jangan pernah katakan bahwa Anda sibuk sehingga belum bisa menghafal atau belum bisa bergabung dalam Lembaga Tahfizh Quran (LTQ). Perlu diketahui, tidak ada kesibukan yang akan berakhir tanpa adanya campur tangan dari Allah. Bukankah Khalifah Umar bin Khaththab malah menambah tilawahnya setelah dilantik menjadi khalifah? Lantas, siapa kita sehingga tidak mampu mengkhususkan waktu untuk Alquran. Semoga kita, khususnya para aktivis dakwah, tidak ada yang belum mulai menghafalkan Alquran.
- Menuruti Kendala
“Otak saya agak lemah, sangat lama untuk mengingat ayatnya!”
Jangan pernah menuruti kendala-kendala di atas ataupun kendala yang lain. Bersahabatlah dengan kendala karena Anda terbiasa melawannya. Jika mengantuk, jangan menghentikan menghafal dan jangan segera tidur! Lakukanlah hal lain sejenak atau sekedar mengambil air wudhu. Jika memang mengantuk berkelanjutan, Ustadz Deden menyarankan agar Anda tetap menghafal hingga prime time untuk Alquran sudah habis. Tidak masalah jika hafalan kurang bagus karena mengantuk karena itu bisa dimurajaah lagi. Berbeda jika keadaannya Anda memilih tidur. Justru, Anda akan selalu memilih tidur ketika mengantuk saat menghafal di lain hari.
- Membenarkan Alasan Umur untuk Santai dalam Menghafal
Anda jangan iri dengan mereka yang memiliki kemampuan menghafal dengan cepat. Karena ketahuilah, bahwa kemampuan cepat menghafal adalah ujian dari Allah. Ujian untuk menguji apakah hamba-Nya tersebut bersyukur atau justru kufur nikmat. Tetapi, jika Anda termasuk orang yang agak lamban dalam menghafal, bersyukurlah sebanyak-banyaknya karena itu tandanya Allah ingin Anda selalu dekat dengan Alquran! Masya Allah, itulah karunia yang paling besar.
- Bukan Bersabar, Melainkan Bersyukur dalam Menghafal Quran
- Melihat role model yang salah
- Kurang Memperhatikan Momen Muraja’ah
- Satu hari, yaitu memuraja’ah seluruh hafalan selama satu hari. Jika Anda memiliki hafalan 1 juz, maka Anda muraja’ah 1 juz tersebut per harinya.
- Tiga hari, yaitu memuraja’ah seluruh hafalan selama tiga hari. Artinya, jumlah hafalan Anda dibagi tiga hari. Jika Anda memiliki hafalan 1 juz, berarti Anda muraja’ah 3-4 lembar per harinya. Dengan demikian, hafalan Anda terjaga selama tiga hari berturut-turut.
- Tujuh hari, yaitu memuraja’ah seluruh hafalan selama 7 hari. Jika Anda memiliki hafalan 7 juz, maka Anda muraja’ah 1 juz per harinya.
- Sepuluh hari, yaitu memuraja’ah seluruh hafalan selama 10 hari. Jika Anda memiliki hafalan 30 juz, maka Anda muraja’ah 3 juz per harinya. Dan ini adalah zona aman bagi mereka yang telah mengkhatamkan hafalan 30 juz.
Perhatikanlah moment muraja’ah Anda dengan baik. Ingatlah.. Seseorang dikatakan hafidz bukan sekarang, tapi nanti, yaitu ketika ia meninggal dunia sedangkan hafalannya masih terpelihara. Jadilah husnul khatimah dengan Alquran!
“Saat perang Uhud, banyak para shahabat yang syahid dan Allah memasukkan mereka ke golongan Alhul Quran (keluarganya Alquran)? Kenapa Allah menasukkan mereka ke golongan tersebut sedangkan saat itu ayat dan surat dalam Alquran belum sempurna diturunkan? Jawabannya adalah, seandainya mereka masih hidup, maka mereka akan terus menghafal Alquran, mereka akan terus berusaha agar selalu dekat dengannya. Ingatlah.. Menghafal bukan untuk hafal, tapi hanya sekadar untuk dekat dengan Alquran”
No comments:
Post a Comment